Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates.
Pengembangan, pedagogi, dan pendidikan guru. Hal penting pertama yang harus dimengerti adalah arti dari pedagogi. Pedagogi, seperti dijelaskan pada beberapa literatur pendidikan, terkadang digunakan sebagai persamaan kata dari mengajar. Dalam pengertian ini, pedagogi ditempatkan sebagai sebuah istilah utuh untuk prosedur mengajar, praktek mengajar, instruksi, dan lain sebagainya. Van Manen (1999) menjelaskan apabila seseorang menilik lebih jauh pada tradisi Eropa, maka dapat dilihat bahwa pedagogi memiliki ruang lingkup yang lebih jauh dari hanya sekedar mengajar. Pedagogi adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk mendidik anak dan seperti yang dijelaskan oleh van Manen, untuk pendidikan seperti ini sangatlah penting untuk menitikberatkan perhatian pada hubungan antara belajar mengajar, sehingga salah satunya tidak bisa dilihat sebagai komponen berbeda dan terpisah.
Menurut Korthagen (2001b) untuk memperjelas konsep pengertian pedagogi, kita harus melihat lebih jauh dari sekedar kegiatan belajar mengajar dan memfokuskan pada pentingnya pemahaman dan keterkaitan diri. Oleh karena itu, dia menekankan pengembangan identitas diri dan perilaku yang akan mempengaruhi pedagogi. Kohnstamm (1929) menyatakan bahwa pembelajaran yang berhasil berasal dari hubungan “aku-kamu” antara guru dan murid, interaksi interpersonal yang jujur diantara keduanya. Sehingga dalam ruang lingkup tatanan pendidikan, norma dan nilai seorang guru akan mempengaruhi perilaku anak didik. Hubungan personal antara guru dan murid sangatlah penting sebagai bentuk identitas dan perkembangan kepribadian.
Selanjutnya istilah pendidikan guru (teacher education), pada banyak konteks penggunaan istilah pendidikan guru memiliki persamaan dengan pelatihan profesi guru. Program pelatihan profesi guru berusaha untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mengajar, dan belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Jadi melalui pendidikan guru, peserta didik belajar tentang cara pengajaran, sementara guru pembimbing memiliki tanggung jawab besar untuk memikat peserta didik agar lebih tertarik untuk mengajar. Sehingga dapat disimpulkan, guru pembimbing memiliki dua peran penting: belajar tentang mengajar dan mengajar tentang mengajar, yang keduanya melibatkan keterampilan kompleks, pengetahuan, kemampuan, dan kompetensi (Koster et al, 2005).
Terakhir mengenai istilah mengembangkan. Mengembangkan menyiratkan pengertian menjadi atau mendorong untuk lebih maju. Apabila sesuatu berkembang maka ia tumbuh dalam pemahaman, kemajuan, dan lebih besar dari sebelumnya. Dengan berkembang berarti juga membuka diri (open minded) dan dengan membuka diri berarti memiliki keinginan kuat untuk mendengarkan pendapat/sudut pandang lain, melihat sumber informasi dengan jujur, memberikan perhatian penuh atas berbagai kemungkinan, bersiap-siap akan kemungkinan terburuk meskipun kita yakin bahwa kita akan berhasil (Dewey, 1933:30).
Dapat disimpulkan bahwa mengembangkan pedagogi pendidikan guru menekankan pada hubungan antara belajar dan mengajar dalam tatanan program (rencana), dan praktek belajar mengajar mengenai cara mengajar bisa lebih diteliti, diuraikan, dijelaskan, dan dipahami sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan pemahaman kita mengenai aktivitas sebab-akibat yang rumit ini. Tatanan nilai sangatlah penting bagi guru yang belajar mengajar dan guru yang mengajarkan cara mengajar, sehingga dua aspek penting dari sebuah pedagogi pendidikan guru haruslah dipegang yaitu; mengajar tentang mengajar dan belajar tentang mengajar.
1. Pelajaran dan pedagogi pendidikan guru
Dalam kegiatan belajar mengajar mengenai cara belajar, bahan ajar paling tidak haruslah terdiri dari aspek teoritis ilmu pengajaran (metode mengajar).
Penulis sependapat dengan pernyataan di atas karena seorang guru haruslah mempunyai pondasi teoritis yang kuat. Pondasi teoritis yang kuat merupakan tonggak keberhasilan praktek mengajar di lapangan, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa teori dan praktek terkadang tidaklah berjalan beriringan, hal ini terjadi karena teori tidak bisa memfasilitasi semua masalah yang terjadi di lapangan. Teori adalah tuntunan tetapi bukan peraturan.
2. Belajar untuk mengajar
Peserta didik yang belajar untuk mengajar haruslah juga mempelajari hal-hal berikut ini: mempelajari bahan ajar yang diberikan oleh guru pembimbing, mempelajari cara belajar, dan mempelajari cara mengajar.
Penulis sependapat dengan pernyataan di atas karena seorang guru yang belajar untuk mengajar haruslah tidak hanya memahami dan menguasai apa yang diajarkan oleh guru pembimbing, tetapi juga mencontoh cara mengajar guru pembimbing tersebut, dan juga mencontoh cara belajar yang baik. Komponen-komponen tersebut sangatlah penting bagi guru ketika praktek di lapangan. Sehingga apabila komponen-komponen tersebut berhasil dikuasai maka guru tersebut akan menjadi guru yang profesional.
3. Mengajar tentang cara mengajar
Mengajar tentang cara mengajar lebih dari sekedar memberikan contoh cara mengajar, tetapi lebih merupakan cara untuk menggali potensi dan keingintahuan siswa (yang belajar cara mengajar) tentang ketidakpastian dan dilema yang akan timbul ketika praktek di lapangan sehingga menghasilkan pola pikir bahwa mengajar itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Penulis sependapat dengan pernyataan di atas karena penulis sebagai seseorang yang telah memiliki pengalaman mengajar seringkali menemukan bahwa mengajar lebih sulit dari yang penulis bayangkan. Oleh karena itu penulis setuju bahwa mengajarkan tentang cara mengajar bukan hanya memberikan contoh bagaimana cara mengajar tetapi juga memberikan pemahaman bahwa mengajar haruslah dilakukan dengan sepenuh hati dan dedikasi yang tinggi.
4. Mengajar dan Belajar mengenai mengajar
Guru yang mempelajari cara mengejar dan pembimbingnya haruslah mengingat dua hal yaitu: hal-hal yang harus dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar, dan metode yang diterapkan.
Penulis setuju dengan pernyataan di atas karena dua hal tersebut menandakan bahwa belajar mengajar mengenai cara mengajar memerlukan keseriusan, terutama keseriusan guru pembimbing. Guru pembimbing yang mengajar mengenai cara mengajar merupakan profesi yang unik dan kompleks, karena selain menyampaikan bahan ajar juga haruslah menjadi model cara mengajar seorang guru yang baik.
5. Mengembangkan pengetahuan: Epistem dan Phronesis
Episteme adalah pengetahuan yang seimbang, terdiri dari prinsip umum yang bisa diaplikasikan pada banyak situasi dan masalah yang berbeda (Kothagen et al., 2001).
Phronesis adalah bentuk dari kebijaksanaan praktis yang berasal dari pemahaman akan situasi dan masalah tertentu (Kothagen et al., 2001).
Untuk mengembangkan pengetahuan guru yang sedang belajar mengajar, guru pembimbing haruslah berusaha untuk “menyuntikkan” pemahaman, penjelasan, dan membagi ilmu tentang mengajar sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan pedagogi pendidikan guru.
Penulis setuju dengan pernyataan di atas karena guru pembimbing sebagai pengajar para guru yang masih belajar tentang cara mengajar, haruslah tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga aplikasinya di lapangan melalui serangkaian kegiatan yang disusunnya. Kegiatan itu harus mendorong guru untuk memahami gambaran umum mengenai pedagogi pendidikan guru.
Referensi:
Loughran, John. 2005. Developing a Pedagogy of Teacher Education: Understanding Teaching & Learning about Teaching. London: Routledge
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar