Rabu

Tugas Mini Proyek Psikologi Pendidikan

 Sastri Dalila (http://10002sd.blogspot.com)
 Mufti Fadhilah (http://1004mf.blogspot.com)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH 

Sastri Dalila                 ( 10-002)
      Mufti Fadhilah Siregar  ( 10-004)
                     
Pendahuluan

                      MOTIVASI PENENTU LAHIRNYA LOGO PRESTASI
Alasan kelompok kami memilih topik dan judul ini adalah karena menurut kami topik dan judul ini cukup mudah ditelaah dan menarik minat banyak orang,serta jika dari cara kita membac judulnya saja kita sudah dapat menyimpulkan bahwa motivasi sangat kuat peranannya dengan prestasi yang dicapai seseorang. Serta topik ini juga kalau kita kaji lagi dapat meningkatkan semangat kita mengigat adanya kata prestasi. Kita akan lebih dipacu lagi oleh prestasi dan cita-cita serta impian kita selama ini.
Inovasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia juga telah lama dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan dan peningkatan kualitas pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan dan pengadaan fasilitas lainnya. Semuanya itu belum menampakkan hasil yang menggembirakan.
Di samping itu juga banyak pendekatan pembangunan dalam pendidikan hanya memfokuskan pada masalah kuantitas, sehingga usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa cenderung dipersempit dalam lingkup pendidikan formal dan pembelajaran yang terbatas pada perhitungan kuantifikasi dengan mengabaikan kualitas. Implikasi dari kebijakan tersebut, walaupun sekarang ini telah dilancarkan pengembangan pendidikan yang menyangkut kualitas, produktivitas dan relevansi, namun masalah pendidikan terus berkembang makin rumit.
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar yang maksimal oleh siswa, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat beberap faktor yang merupakan penentu lancar atau tidaknya kegiatan proses belajar mengajar.
Faktor-faktor itu antara lain :
  1. . Instrumen Input yaitu ; kurikulum, perpustakaan, guru dan sebagainya.
  2. Raw input yaitu ; siswa, motivasi, cara belajar dan sebagainya.
  3. Environmental input yaitu ; lingkungan fisik dan sosial budaya
Dari ketiga faktor utama yang mempengaruhi lancar tidaknya proses pembelajaran tersebut di atas, dalam penelitian ini difokuskan pada usaha siswa meningkatkan motivasi belajarnya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik dan memuaskan yang sekaligus akan berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, dirumuskan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berorientasi pada fungsi dan tujuan pendidikan Nasional tersebut, maka sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan (formal), mempunyai misi dan tugas yang cukup berat yaitu berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang mencakup etika, logika, estetika, dan praktika, sehingga tercipta manusia yang utuh dan berakar pada budaya bangsa.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih positif. Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi yang tinggi.”
 Landasan teori 
            Motivasi Penentu Lahirnya Prestasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
(1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
 (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
 (3) Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)
(4)  Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
(5)  Teori Keadilan
 (6) Teori penetapan tujuan
 (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan)
 (8) Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
 (9) Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1)   kebutuhan fisiologikal (physiological needs)
 seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
(2)   kebutuhan rasa aman (safety needs)
seperti:tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
(3)   kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
seperti : cinta,kasih sayang dan perhatian
      (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
seperti : status
       (5) aktualisasi diri (self actualization)
seperti : potensi diri
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :

(a) Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang
 (b) Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya
 (c) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2.  Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)          
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, serta meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain
 G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).
1.       “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow
2.       “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow
3.       “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :     (a) Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
(b) Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
 (c) Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia, artinya karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan salah satunya memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima, artinya apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
 (a) Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar
 (b) Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
 (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Hal ini bermaksud apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
 (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri
(b) harga diri
(c) harapan pribadi
(d) kebutuhaan
 (e) keinginan
(f) kepuasan kerja
 (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
 (a) jenis dan sifat pekerjaan;
(b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
(c) organisasi tempat bekerja;
(d) situasi lingkungan pada umumnya;
 (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ”pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu Berdasarkan hal tersebut di atas motivasi dapat diartikan sebagai sesuatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu (tujuan) yang terdiri dari faktor internal seperti:
(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri
 (b) harga diri
(c) harapan pribadi
(d) kebutuhaan
(e) keinginan
(f) kepuasan kerja
(g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain:
(a) jenis dan sifat pekerjaan
(b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung
(c) organisasi tempat bekerja
(d) situasi lingkungan pada umumnya
 (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Perbuatan belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbuatan belajar. Motivasi dipandang berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
  1.  Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
  2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
  3. Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki (self motivation) yang baik.
  4. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.
  5. Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran yang berasaskan motivasi adalah sangat penting dalam proses belajarmengajar
Siswa dalam belajar hendaknya merasakan adanya kebutuhan psikologis yang normatif. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan belajar yang efektif.
Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa-siswanya. Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar. Di sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Untuk membantu siswa yang memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru agar siswa yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1)         Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar. Guru pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa. Sehingga dengan adanya prinsip seperti itu, ia akan menganggap siswa sebagai seorang yang harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan semacam itu, siswa tentunya akan mampu memberi makna terhadap pelajaran yang dihadapinya;
(2)         Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental siswa.  Untuk itu upaya yang dapat dilakukan  seorang guru adalah dengan cara ;
  1. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang di alaminya.
  2. meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
  3. memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
  4. menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. Pada tingkat ini guru memperlakukan upaya belajar merupakan aktualisasi diri siswa.
  5. merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
(3)         Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan siswa
guru mempunyai peranan sebagai berikut :
  1. Menciptakan lingkungan belajar yang merangsang anak untuk belajar.
  2. Memberi reinforcement bagi tingkah laku yang menunjukkan motif.
  3. Menciptakan lingkungan kelas yang dapat mengembangkan curiosity dan kegemaran siswa belajar.          
Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru diharapkan siswa mampu membangkitkan motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi belajar tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Belajar secara psikologis adalah ”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan  lingkungannya”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman. Jadi belajar itu ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, setelah melaui proses membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan mengalami langsung.
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa.
Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik”.
 Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar.
Sedangkan yang bersumber dari proses belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa untuk belajar. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.

 Analisa data:
Pertanyaan untuk 2 0rang Narasumber :
1.      Sebenarnya menurut anda apakah motivasi itu?
Husni               :  Motivasi itu adalah salah satu sumber inspirasi saya untuk mewujudkan mimpi.  
Nurbaiti           :  Motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.

2.      Menurut anda juga, apakah prestasi itu?
Husni               :  Prestasi itu adalah hasil yang telah kita dapat dari kerja keras yang telah dilakukan.
Nurbaiti           :  Prestasi adalah hasil yang maksimal yang didapatkan setelah melakukan suatu usaha atau kegiatan

3.      Adakah kaitannya dengan tujuan dan cita2 anda selama ini?
Husni               :  Kalau untuk motivasi ada hubungannya dengan cita-cita dan tujuan saya. Karena dengan motivasi saya mempunyai inspirasi untuk mewujudkannya.          
Nurbaiti           :  Ada, karena cita-cita yang ingin saya capai haruslah memiliki motivasi yang kuat untuk mencapainya, dan prestasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana kita mampu untuk menggapai cita-cita saya.


4.      Menurut anda, manakah yang lebih penting antara motivasi dengan prestasi?
Husni               :  Jika kita mempunyai motivasi yang kuat, yang disertai dengan keyakinan maka kita dapat mengaplikasikannya untuk mencapai prestasi yang kita inginkan.
Nurbaiti           :  Motivasi dan prestasi bisa diaplikasikan apabila seseorang ingin melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang dianggap baik bagi dirinya dan dapat bermanfaat bagi orang lain, maka untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, ia harus mendapatkan dorongan yang kuat baik itu berupa material maupun lingkungan sekitarnya. Maka hasil yang ia dapat akan maksimal itulah yang disebut prestasi.

5.      Prestasi apa saja yang telah anda peroleh sejauh ini?
Husni               :  Prestasi yang sudah saya peroleh:
·   Juara kelas
·   Juara harapan I pencak silat
·   Juara III lomba teater
Nurbaiti           :  Prestasi yang sudah saya peroleh sejauh ini:
·   Mendapatkan peringkat I di kelas semasa SMP
·   Juara I pidato Bahasa Inggris se-kota Langsa tingkat SMP/MTSN
·   Juara III lomba baca puisi se-kota Langsa tingkat SMP/MTSN
·   Juara II Olimpiade Sains bidang Ekonomi se-kabupaten Aceh Timur 

6.      Menurut anda ada atau tidak prestasi tanpa motivasi?
Husni               :  Selain dengan belajar mungkin saya tidak akan memperoleh prestasi       Nurbaiti           :  Tidak ada cara lain untuk meraih prestasi selain belajar.

7.      Ada atau tidak prestasi yang dicapai seorang anak tanpa dukungan dari lingkungan keluarga, teman ataupun masyarakat?
Husni               :  Menurut saya ada. Prestasi itu dicapai bukan hanya karena dukungan dari lingkungan sekitar atau keluarga dan lain-lain, tetapi jika seorang itu mempunyai keyakinan, keinginan dan pastinya kerja keras maka prestasi tersebut akan dengan mudah dapat diperoleh.
Nurbaiti           :  Hampir tidak ada, karena rata-rata prestasi yang dicapaioleh seseorang anak /siswa/i itu merupakan dorongan/dukungan terutama dari keluarga, dan dibarengi oleh teman-teman dan masyarakat sekitar.

8.      Sesuai dengan pengalaman anda sendiri, pernahkah anda merasa tersaingi dengan teman yang prestasinya lumayan tinggi?
Husni               :  Hanya dengan keyakinan 100% dan kerja keras.
Nurbaiti           :  Cara bersaing dengan orang yang lebih di atas saya yaitu dengan mengetahui dimana letak kekurangan dan kelebihan yang saya miliki serta meyakini bahwa bahwa prestasi yang akan didapat itu atas usaha yang kita lakukan. 

Nurbaiti           :  Cara menyikapi orang-orang yang berkompeten disekeliling saya yaitu dengan menjadikan orang-orang gtersebut sebagai motivator bagi hidup saya, agar saya termotivasi untuk menjadi insane yang berkompeten.

10.  Siapa saja orang-orang yang selalu mensupport anda sampai bisa berprestasi disekolah?
Husni               :  Yang pasti orang tua dan keluarga.
Nurbaiti           :  Yang terutama sekali yang mensupport saya yaitu keluarga saya, guru-guru saya yang telah mengajari saya, dan tidak tertinggal yaitu teman-teman saya.

11.  Menurut anda apakah hubugan antara motivasi dengan prestasi?
Husni               :  Prestasi dapat dicapai dengan motivasi, karena dengan adanya motivasi kita akan bersemangat untuk berprestasi.
Nurbaiti           :  Sangat berhubungan, karena motivasi selalu mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang bisa menghasilkan prestasi.

12.  Sebagai siswi yang berasal dari sekolah unggulan, apakah harapan kedepan anda setelah lulus?
Husni               :  Saya berharap dengan saya bersekolah di sekolah tersebut, setelah lulus saya dapat melanjutkan cita-cita saya berdasarkan ilmu yang telah saya dapat dari sekolah tersebut.
Nurbaiti           :  Harapan saya setelah lulus, saya ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, dengan tetap mempertahankan kualitas sekolah saya.

13.  Di dalam dunia pendidikan, menurut anda apa saja faktor-faktor penentu seseorang bisa berprestasi?
Husni               :  Faktor penentu seseorang berprestasi:
·   Mempunyai keyakinan yang kuat
·   Selalu bekerja keras
·   Tidak pernah berkata tidak bisa
·   Tidak pernah mundur dan pantang menyerah
·   Mempunyai prinsip yang dipegang teguh

Nurbaiti           :  Faktor yang membuat seseorang berprestasi:
·   Kemauan
·   Motivasi
·   Kemampuan yang dimiliki yang dapat ditonjolkan

14.  Bagaimana perjuangan anda bisa masuk ke sekolah unggulan ini? Apakah ada unsur motivasi?
Husni               :  Perjuangannya yang pasti sangat berat. Melalui banyak test baik tertulis maupun tidak tertulis. Sebenarnya sebelum saya masuk ke sekolah tersebut, saya mempunyai perasa takut bertemu dengan orang-orang yang unggul. Padahal sebenarnya jika kita masuk dan terlibat di dalamnya tidak sesusah yang dibayangkan.
Nurbaiti           :  Perjuangan saya masuk ke sekolah SMAN UNGGUL ACEH TIMUR, dimana saya harus mempersiapkan mental, dan belajar, karena test yang dilakukan berupa interview, setiap pelajaran seperti Matematika, Bahasa Inggris, dan test Pendidikan Agama Islam.
15.  Bisakah anda jelaskan dengan singkat tidak apa hubungan antara motivasi dan prestasi jika dikaitkan dengan dunia pendidikan saat ini?
Husni               :  Banyak orang yang berprestasi mempunyai satu motivasi yang kuat. Seseorang atau murid akan mempunyai semangat untuk lebih berprestasi jika mereka dimotivasi oleh orang-orang disekelilingnya.
Nurbaiti           :  Motivasi merupakan dorongan atau penyemangat untuk melakukan suatu tindakan. Semangat untuk melakukan tindakan tersebutakan membuat seseorang melakukan hal-hal yang ia cita-citakan dengan sungguh-sungguh, maka hasil yang ia dapatkan akan maksimal maka itulah yang disebut prestasi. Atau dengan kata lain motivasi adalah salah satu jalan menuju atau mencapai prestasi.

 Objek penelitian yang diamati: Mengamati prestasi yang dicapai seorang siswi di sekolah SMA N Unggulan Aceh Timur
Subjek penelitian yang diamati :  2 Siswi sekolah dari SMA N Unggulan Aceh Timur

Jadwal pelaksanaan kegiatan :
HARI
WAKTU/TEMPAT
AKTIVITAS
KAMIS, 5 Mei 2011
13.00-16.00, kampus lobby
Menentukan perencanaaan dari topik yang telah dirancang dari tugas yang telah ditetapkan. Misalnya mencari apa topik yang sesuai dan mulai membuat tugas proyek.
JUMAT, 6 Mei 2011
13.00- 15.00, di kontrakan karena ada ada 2 org adik yang datang dari Aceh untuk ikut bimbel
Mencari siapa subjek penelitian,berupa orang yang akan diinterview,disini kami hanya menginterview 2 org saja.
SABTU , 7 Mei 2011
09.00-12.00, dikontrakkan Mufti Fadhilah
Melanjutkan membuat rancangan mulai dari topik sampai dengan landasan teori.
MINGGU, 8 Mei 2011
10.30-14.45dikontrakkan  Mufti Fadhilah
Menginterview subjek penelitian berupa siswi SMA Juara 1 dan 3  olympiade Akutansi dari sekolah yang bersamaan
SENIN, 9 MEI 2011
19.00-21.30, di kontrakkan Sastri Dalila
Membuat analisis data yang telah diperoleh dan sampai membuat kesimpulan.
SELASA, 10 MEI 2011
-
Istirahat seperlunya/ off 1 hari
RABU, 11 MEI 2011
13.00-16.30,di kontrakkan Sastri Dalila
Membuat desain poster bewarana 50 ˟ 90
KAMIS,18 MEI 2011
11.30-1400,dikampus ruang III A
Membuat evaluasi akhir dari tugas proyek kami serta memposting ulang tugas kami pada blog masing-masing
JUMAT 18 MEI 2011
-
Kami off dan istirahat.
Kalkulasi biaya :
Biaya Umum:
·         Ongkos Angkot ke kontrakan Dila           =  Rp4000 (pp)  2 hari =  Rp. 8000
·         Ongkos Angkot ke kontrakkan Sastri       =  Rp6000 (pp)  2 hari =  Rp.12.000
·         Interview 2 orang Siswi SMA                  =  Rp 100.000
·         Total                                                          =  Rp 120.000

Kesimpulan:
Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar. Kondisi siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak mampu menghasilkan prestasi yang memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Kependidikan, Dirjen Dikti Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Djalal, M.F. 1986. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang
Guilford. 1973. Pshycological Testing, Allyn Bacon. Inc
Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Natawijaya, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Mutiara
Natawidjaja, Rahman. 1988. Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung : Abardin.
——-. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Prayitno, Elida. 1989.  Motivasi dalam Belajar. Jakarta : PPLPTK Depdikbud.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Raya Grafindo Persada..
Zamroni, 2000. Paradig